Oleh : Kemas Sudirman
A. Syekh Abdul Rauf As-Singkel
Abdul
Rauf Singkel yang bernama panjang Syekh Abdul Rauf bin al-Jawi al-Fansuri
al-Singklili, lahir di Fansur. Lalu di besarkan di Singkil pada awal abad ke 17
M. Ayahnya adalah Syekh Ali Fansuri yang masih bersaudara dengan Syekh Hamzah
Fansuri.
A.
Rinkes memperkirakan bahwa Abdul Rauf lahir pada tahun 1615 M. Ini didasarkan
perhitungan ketika Abdul Rauf kembali dari Mekkah, usianya antara 25 dan 30
tahun (lihat Abdul Hadu WM, 2006:24)menyatakan bahwa perkiraan itu bisa
meleset, karena Abdul Rauf berada di Mekkah sekitar 19 tahun. Dan kembali ke
Aceh pada tahun 1661. Bila dalam usia 30 tahun ia kembali dari Mekkah, berarti
ia dilahirkan pada 1630.
Selama
sekitar 19 tahun menghimpun ilmu di Timur Tengah Abdul Rauf tidak hanya belajar
di Mekkah saja. Ia juga mempelajari ilmu keagamaan dan tasauf di bawah
bimbingan guru-guru yang termasyhur di Madinah. Di kota ini ia belajar kepada kholifah
(pengganti) dari tarekat Syah Tariyah yaitu Ahmad Kursyayi dan penggantinya.
Mula ibrahim Qurani (Braginsky, 1998:474) dalam kata penutup salah satu karya
tasaufnya, Abdul Rauf menyebutkan guru-gurunya . data yang cukup lengkap
tentang pendidikan dan tradisi pengajaran yang diwarisinya ini merupakan data
pertama tentang pewarisan suvisme dikalangan suvi melayu. Ia juga menyebutkan
beberapa kota Yaman (Zabit, Moha, Bait
Alfahki dll). Doha di Semenanjung Qatar, Madinah, Mekah dan Lohor di India. Di
samping itu ia juga menyebuktkan dafar 11 tarekat suvi yang diamalkannya.
Antara lain Syat Tariyah, Kadariyah, Kubrariya, Suhrawardiyah dan naqsabandiyah
(Branginsky, 1998:474).
B. Syekh Jumadil Qubro
Syekh
Jumadil Qubro adalah tokoh yang sering disebutkan dalam berbagai babat dan
cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Ia
umumnya dianggap bukan keturunan Jawa melainkan asal dari Asia Tengah. Terdapat
beberapa versi babat yang menyakini bahwa ia adalah keturunan ke 10 dari Husain
bin Ali, yaitu cucu Nabi Muhammad SAW. Sedanhkan Martin Van Brunaisen (1994)
menyatakan bahwa ia adalah tokoh yang sama dengan Jamaludin Akbar (lihat
keterangan Syekh Maulana Akbar di bawah ini).
Sebagian
babat berpendapat bahwa Syekh Jumadil Qubro memiliki dua anak yaitu Maulana
Malik Ibrahim (Sunan Gresik) dan Maulana Ishak yang bersama-sama dengannya
datang ke pulau Jawa, Syekh Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa. Maulana Malik
Ibrahim champa dan adiknya Maulana Ishak
mengislamkan Samudra Pasai dengan demikian beberapa wali songo yaitu Sunan
Ampel (Raden Ahmad) dan Sunan Giri (Raden Paku) adalah cucu, sedangkan Sunan
Bonang, Sunan Drajat dan Sunan Qudus adalah cicitnya. Hal tersebut menyebabkan
adanya pendapat yang mengatakan bahwa para wali songo merupakan keturunan etnis
uzbetz yang dominan di Asia Tengahh. Selain kemnungkinan lainnya yaitu etnis
Persia, Gujarat, ataupun Hadra maut.
C. Syekh Maulana Akbar
Syekh
Maulana Akbat adalah seorang tokoh di abad 14-15 yang dianggap merupakan
pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa. Nama lainnya ialah Syekh Jamaludin
Akbar dari Gujarat dan ia kemungkinan besar adalah juga tokoh yang dipanggil
dengan nama Syekh Jumadil Qubro, sebagaimana tersebut di atas. Hal ini adalah
menurut penelitian Martin Vanbruenesen (1994) yang menyatakan bahwa nama
Jumadil Qubro sesungguhnya adalah berubahan hiver-correct. di atas nama Jumadil
Akbar oleh masyarakat Jawa
D. Syekh Datuk Kahfi
Syekh
datuk kahfi adalah mubaligh asal Baghdad memilih markas di pelabuhan muara jati
yaitu kota Cirebon sekarang. Ia bernama asli Idhafi Ahdi.
Majelis
pengajiannya menjadi terkenal karena didatangi oleh nyai Rara Santung dan Kian
Santang (Pangeran Cakrabuana) yang merupakan putra putri nyai Subanglarang dari
pernikahannya dengan Raja Pajajaran dari wangsa Siliwangi, ditempat pengajian
inilah tampaknya nyai Rara Santung bertemu atau dipertemukan dengan Syarif
Abdullah. Cucu Syekh Maulana Akbar Gujarat. Setelah mereka menikah. Lahirlah
raden syarif hidayatullah kemudian dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Makan
Syekh Datuk Kahfi ada di gunung Jati.
E. Syekh Khalidul Idrus
Syekh
Khalidul Idrus adalah seorang mubaligh Parsi
yang berdakwa di Jepara. Menurut suatu penelitian, ia diperkirakan adalah Syekh
Abdul Kholiq. Dengan Laqob Al-Idrus. Anak dari Syekh Muhammad Al-Alsy yang
wafat di Isfahan Parsi.
Syekh
Abdul Khalidul Idrus di Jepara menikahi salah seorang cucu Syekh Maulana Akbar
yang kemudian melahirkan Raden Muhammad Yunus. Raden Muhammad Yunus kemudian
menikahi salah seorang putri Majapahit hingga mendapat gelar Wong Agung Jepara.
Pernikahan Raden Muhammad Yunus dengan Putri Majapahit di Jepara ini kemduian
melahirkan Raden Abdul Qadir yang menjadi menantu Raden Patah, bergelar Adipati
bin Yunus atau Pati Unus. Setelah gugur di Malaka 1521, Pati Unus dipanggil
dengan sebutan Pangeran Sebrang Lor.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewan
Redaksi. 2005. Ensiklopedia Islam. Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Syalabi,
Ahmad. 1987. Sejarah Kebudayaan
Islam. Jakarta : Pustaka Al-Husna.
Post a Comment