Rabu, 11 Agustus 2014 Semua utusan Provinsi
Jambi terbang dengan
pesawat Garuda dan di Jakarta kami ditempatkan pada 3 hotel (Hotel Sahid,
Hotel Century dan Hotel Milenium). Selama dalam penerbangan aku menghitung-hitung kekuatan dan potensi diri, tentu saja teman-teman yang lain
juga demikian. Popularitas kota-kota dan orang orang di Pulau Jawa,
kadang-kadang membuat rasa percaya diri tidak menentu, pendek kata penulis
terbang tanpa beban dan sering berucap “menjadi juara 1 di provinsi itu sudah bagus, aku terbang tanpa beban.
Setelah berada di Hotel Grand Sahid maka kegiatan seleksi guru berprestasi adalah seperti penerimaan peserta, penyerahan berkas-berkas dan check in kamar, kemudian dilanjutkan dengan persiapan peserta untuk menuju Puri Agung Hotel Sahid Jakarta untuk acara pembukaan. Kami semua memakai batik atau seragam propinsi masing-masing. Pembukaan PTK Berprestasi dilaksanakan oleh Bapak Menteri Muhammad Nuh dan juga perkenalan panitia dengan peserta.
Seleksi guru berprestasi yang dilaksanakan oleh
Kementrian Pendidikan Nasional diikuti oleh lebih
dari 600 guru
berprestasi, yaitu utusan dari 33 propinsi. Lomba guru berprestasi mempunyai
tujuan untuk memberi nilai appresiatif dan konstruktif bagi guru. Guru yang
diberi appresiasi atas prestasinya diharapkan bisa memberi penghargaan
pada prestasi seseorang misal pada anak didik.
Pidato pembukaan dilaksanakan oleh Menteri Pendidikan
Prof. Dr. Mohammad Nuh. Banyak sekali ide ide cemerlang yang dapat diadopsi dari ceramahnya. Misalnya dikatakan bahwa orang yang
bisa memberi penghargaan biasanya adalah orang-orang yang juga berprestasi.
Orang yang berprestasi akan mampu memberi appresiasi pada orang-orang yang
berprestasi.
Menjalani Seleksi GupresTingkat Nasional
Pelaksanaan seleksi guru berprestasi tingkat nasional
tidak seberat seleksi di tingkat propinsi. Namun yang terasa berat adalah
perasaan atau beban mental. Saat itu harus berhadapan dengan utusan-utusan
terbaik dari setiap propinsi dan jumlah mereka lebih besar dibanding saingan
saat di Propinsi. Kita ibarat berada di antara bintang-bintang dan kita tidak
bisa lagi melihat dan merasakan cahaya kita, karena bisa jadi kemilau diri kita
kalah bersaing dari kemilau atau pesona
teman-teman lain.
Meskipun kami ditempatkan di Hotel Grand Sahid dengan iklim yang nyaman namun fikiran tidak senyaman
suasana, karena dalam fikiran terjadi psy-war, bagaimana menaklukan soal-soal ujian test tulis yang jumlah soalnya tidak
sebanding dengan alokasi waktu. Kata juri “Karena anda adalah orang-orang
pilihan maka tidak mungkin kami memberikan anda soal-soal yang mudah”.
Selama dua hari kami dihujani oleh test tulis sepanjang
hari, otak terasa lelah dan panitia ujian terlihat juga lelah. Dua hari
berikutnya kami harus mempresentasikan karya ilmiah, dengan kuota 15 menit perorang. Ini adalah saat yang menegangkan menghadapi
pertanyaan demi pertanyaan dari dewan juri dan bagaimana kita bisa merespon dan
meyakinkan dewan juri dengan logika dan dengan penuh sopan santun.
Usai presentasi adalah acara makan
malam, dan dilanjutkan acara ramah tamah dan pemberian hadiah
dari Bank Mandiri oleh Direktur Bank Mandiri dan juga oleh Menteri Pendidikan
Nasional.
Hari-hari
berikutnya adalah hari yang sangat menyenangkan, karena kami tidak lagi
dijejali dengan soal-soal, melainkan kegiatan kunjungan dan seminar,
diantaranya :
1.
Mengikuti acara di gedung DPR-MPR RI
2.
Mengikuti upacara 17 Agustus di
Istana Negara
3.
Kunjungan ke Museum Gajah
4.
Kunjungan ke Planetarium
5. Kunjungan ke Kemendikbud
6.
Motivasi dari H. Qomar dan Mas
Ginanjar
Post a Comment